Proses pemilihan
sendiri telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara, dalam hal ini Komisi
Independen Pemilihan (KIP) pada tanggal 9 April 2012. Masyarakat tinggal
menghitung hari saja untuk menyukseskan pesta demokrasi ini secara damai, tanpa
paksaan, intimidasi, dan ancaman dari pihak-pihak tertentu.
Semua masyarakat
tentunya berharap pemilukada ini dapat terlaksana dengan aman dan damai serta
terpilihnya pemimpin yang mampu membawa perubahan dan memihak pada suara
masyarakat, tidak hanya memikirkan kekuasaan dan kepentingan sendiri atau
kelompoknya semata.
Namun, melihat kondisi
dan situasi saat ini, dimana-mana terjadi penembakan dan pembakaran mobil tim
sukses (timses) kandidat tertentu. Ini mencerminkan proses pemilukada ini belum
berjalan lancar.
Seperti yang
diberitakan Harian Pikiran Merdekan pada Selasa 20 Maret 2012, tim sukses
Irwandi-Muhyan diserang sekelompok orang di Batee Kalee, Kecamatan Muara Tiga,
Pidie, Minggu (18/3) sekitar pukul 22.00 WIB. Mobil dirusak dan lima
penumpangnya dianianya.
Tentunya ini merupakan
tugas pihak kepolisian untuk mengamankan dan menjaga proses pemilukada ini,
agar terlaksana dengan lancar. Serta pihak kepolisian harus mengungkap siapa
pelaku penembakan dan pembakaran mobil-mobil yang saat ini marak terjadi
menjelang pemilihan, serta polisi harus mengungkapkan siapa dalang dibalik aksi
kekerasan yang hingga saat ini belum diketahui secara pasti oleh masyarakat.
Hal ini penting, supaya tidak terjadi saling tuding menuding antar sesaman para
kandidat calon kepala daerah.
Belum lagi
pelanggaran-pelanggaran kecil lainnya yang dilakukan oleh para kandidat calon
pemimpin Aceh masa depan. Seperti melakukan kampanye di luar jadwal yang
ditetapkan oleh KIP.
Hal ini menunjukkan
animo yang sangat besar ditunjukkan oleh para calon pemimpin Aceh. Memang berlomba-lomba
untuk memimpin baik. Bagaimana tidak, semua orang diciptakan oleh tuhan sebagai
khalifah (pemimpin), walau itu hanya sebatas memimpin diri sendiri. Namun
menempuh jalan-jalan yang tidak dibenarkan untuk mencapai puncak kekuasaan sama
sekali tidak mencerminkan sosok pemimpin yang baik.
Pemilukada sendiri kini
berada di depan mata. Kampanye pun sudah dimulai, pastinya pelbagai cara
ditempuh oleh para kandidat yang ingin meraih kekuasaan. Baik calon bupati dan calon
wakil bupati, calon walikota dan calon wakil walikota serta calon gubernur dan
calon wakil gubernur.
Mulai dari pemasangan
spanduk di simpang-simpang, membagi stiker, pemasangan iklan di media-media baik
cetak maupun online, hingga pemasangan baliho secara besar-besaran juga rela
mereka lakukan. Pastinya segala cara mereka lakukan untuk mencapai tujuannya,
yaitu Aceh satu.[]