Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Minggu, 09 Oktober 2011

Kerkhof Milik Orang Aceh

tes

Sekitar 100 meter dari Blang Padang dan berdampingan dengan Museum Tsunami, tempat itu terlihat sepi. Hanya ada makam - makam tempo dulu yang di atasnya dibubuhi salib. Tak ada yang baru semua makam di sana terlihat sudah sangat tua. Tempat itu diberi nama dengan Kerkhof.

Kerkhof merupakan nama dari makam serdadu Belanda yang tumbang dalam peperangan antara Aceh dengan Belanda. Sekitar 2200 orang dimakamkan di Kerkhof. Bukan hanya serdadu Belanda saja yang dimakamkan di Kerkhof, namun banyak juga makam orang jawa, ambon, maluku, manado yang gugur dalam peperangan. “Di sini juga ada makam orang China. Kemarin sempat ada china peunayong yang meminta agar makam dipindahkan, namun tidak bisa. Itu harus berurusan dengan dinas,” jelas Edy Darussalam salah satu penjaga kerkhof.

Saat memasuki pintu gerbang Peutjut, Kerkhof terlihat sepi. seakan tak seorangpun di dalamnya. Pelan-pelan kami menuju ke sebuah gubuk. Di sana terlihat seorang ibu-ibu yang sedang menyapu halaman tempat tinggalnya. Kami langsung minta izin pada ibu tersebut, untuk sekedar melihat-lihat Kerkhof.

Peutjut adalah nama dari pintu gerbang makam Kerkhof. Peutjut dibangun pada tahun 1893. Seluruh dinding peutjut dihiasi dengan nama-nama orang telah meninggal yang dimakamkan di Kerkhof.

Tak jauh dari gerbang peutjut, terdapat sebuah tembok yang tingginya sekitar 1,5 meter. Di depannya tertulis ter herdenking van de gevallen militairen in atjeh en onderhoorighedenn. Tembok tersebut merupakan makan General Majoor J.H.R. Kohler yang meninggal pada 14 April 1873. Kohler meninggal di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dan dimakamkan di Tanah Abang, Jakarta Pusat. “Setelah pasar tanah abang digusur, akhirnya makam Kohler dipindahkan ke sini,” tukas Rusdi Sufi, sejarahwan Aceh sekaligus pengurus Kerkhof.

Lebih jauh kami menuju ke depannya lagi, disana terlihat sebuah makam yang mirip dengan makam orang aceh. Ternyata makam tersebut adalah makam Pocut Meurah anak dari sutlan iskandar muda.

Kerkhof merupakan bukti sejarah yang menggambarkan betapa hebat perang antara aceh dengan belanda pada masa lalu. “Kerkhof itu milik orang Aceh, tapi orang Aceh tidak mau mengrus Kerkhof,” tegas Rusdi.

“Akhirnya kerkhof tersebut terbengkalai, dindingnya rusak, beberpa salib juga sudah roboh, tidak ada yang mengurusi lagi,” tambahnya lagi.

“Pada tahun 1976 Kerkhof dilihat oleh orang-orang Belanda yang berkunjung ke Aceh, mereka berkeinginan untu merawat Kerkhof tersebut, mereka minta izin ke Gubernur Aceh, yang saat itu dijabat oleh Muzakkir Walad,” jelas Rusdi.

Setelah mendapatkan izi dari Guebernur Aceh, Belanda mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama Stichting Peutjut – Fond. yayasan ini didirikan untuk mengurus dan memelihara Kerkhof. Hingga sekarang semua biaya perawatan Kerkhof dibiayaioleh Yayasan Stichting Peutjut – Fond.

“Biasanya tiap tanggal lima, pengurus yayasan Stichting Peutjut – Fond pasti datang ke sini,” ujar Rusdi.

Pada tahun 2004 lalu, Kerkhof tidak luput dari terjangan gelombang tsunami yang sangat dahsyat. Banyak manyat, sampah, hewan yang bertumpukan di Kerkhof. Tak hanya itu saja, Tsunami juga menyebabkan dinding Kerkhof rusak dan

Namun setelah tsunami Kerkhof kembali mendapat perawatan. Mayat-manyat, sampah dan hewan yang tadinya membuat kotor halaman Kerkhof mulai dibersihkan, serta memperbaiki semua dinding-dinding yang rusak akibat terjangan gelombang tsunami. Seluruh biaya perawatan tersebut didanai oleh yayasan Stichting Peutjut – Fond.

tes / Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

Coprights@2018 Blogger Templates